Rabu, 30 November 2011

PILIHANKU

berdiri ku di sini
hanya untukmu
dan yakinkanku untuk memilihmu
dalam hati kecilku inginkan kamu
berharap untuk dapat bersamamu

aku kan ada untuk dirimu
dan bertahan untukmu

tertulis indah raut wajahmu dalam benakku
berikanku cinta terindah yg hanya untukmu
tertulis indah puisi cinta dalam benakku
dan aku yakin kau memanglah

Rabu, 16 November 2011

cara membuat susu kedelai

Cara Membuat Susu Kedelai

Posted by: Mardi  /  Category: Vegetarian Food, Vegetarian Recipes
Cara Membuat Susu Kacang Kedelai
susu%20kacang%20kedelai
Dibandingkan dengan susu sapi yang bisa menaikkan kolesterol, susu kedelai justru menurunkan kolesterol. Selain itu, susu kedelai juga kaya akan isoflavon. Dalam satu gelas susu kedelai terdapat lebih kurang 20 mg isoflavon, yaitu sumber antioksidan potensial.
Isoflavon bermanfaat untuk mengurangi kolesterol, mengurangi gejala menopause, mencegah osteoporosis, dan mengurangi risiko kanker. Untuk kecantikan kulit, antioksidan dalam isoflavon menjaga kehalusan dan kemulusan kulit.
Berikut ini adalah cara sederhana membuat sendiri susu kedelai agar manfaat optimal bisa didapat:
1. Merendam
Bersihkan biji kedelai dan rendam dalam air selama 10-16 jam. Anda bisa menguliti biji kedelai dan membilasnya dengan air. Menguliti biji kedelai ini bakal membuat proses ekstrasi susu kedelai jadi lebih efisien.
2. Memanaskan (opsional)
Pemanasan ini boleh tidak dilakukan. Pemanasan ini hanya untuk menghilangkan bau langu yang ada di biji kedelai. Proses pemanasan bisa dilakukan dengan memasukkan biji kedelai yang sudah direndam ke dalam microwave selama dua menit.
3. Menggiling biji kedelai
Giling biji kedelai yang sudah direndam dengan satu liter air dalam mesin blender. Saring menggunakan kain untuk memisahkan ampas dengan sari susu kedelai.
4. Merebus susu kedelai
Panaskan susu kedelai sampai titik didih dan teruskan merebusnya selama lima sampai sepuluh menit. Tunggu sampai dingin dan susu kedelai siap diminum. Susu ini bisa disimpan dalam lemari es sampai tiga hari.
5. Memberi rasa (opsional)
Susu kedelai bisa diminum apa adanya, tapi bisa juga ditambahkan gula sebagai perasa. Dengan susu kedelai, Anda juga dapat membuat smoothies buah yang sangat sehat karena mengandung kedelai dan buah-buahan segar.
Sumber: Kompas dot com

cara membuat makanan ringan

Bisnis Suplier Makanan Ringan Dan Kue

Hmm enaknya bila kita sedang membahas tentang makanan, sampai-sampai kita bisa terhanyut dan menjadi lapar. Hampir setiap orang suka makanan ringan dan kue. Makanan ini di makan sebagai camilan ketika perut masih kenyang namun nafsu makan masih tinggi. Ini peluang bisnis yang baik untuk diusahakan ataupun  dijadikan sebagai bisnis sampingan, mengingat pengelolaannya mudah, tidak membutuhkan pegawai banyak, dan modal yang dibutuhkan kecil. Bisnis ini tidak menuntut kemampuan apapun, kecuali cara memasarkannya.
Konsumen target Anda dalam bisnis ini adalah mini market, supermarket, swalayan dan mall. Untuk memulai bisnis suplier makanan ringan dan kue, Anda perlu mencari produsen makanan ringan dan kue. Makanan dan kue yang Anda cari harus bermutu, bersih dan tampilannya layak ditempatkan dipasar modern. Baru setelah itu Anda bisa menawarkan kerjasama dengan mereka. Namun Anda harus mampu meyakinkan bahwa Anda bisa menjual produk mereka dalan jumlah yang besar. Produk-produk itulah yang kemudian Anda tawarkan kepada supermarket, minimarket disekitar Anda. Perjanjian bisa dengan sistem konsinyasi atau sistem beli putus. Tapi biasanya konsumen lebih memilih sistem konsinyasi untuk menghindari kerugian.
Kendala dalam menjalankan usaha ini adalah kemampuan Anda dalam hal tawar menawar. Selain itu, Anda harus yakin bahwa produk yang Anda tawarkan ke konsumen harus mempunyai nilai jual dan bermutu tinggi.
Keberhasilan usaha ini terletak pada pemilihan Anda atas produk yang sesuai selera pasar, baik dari segi rasa, harga dan penampilan. Jadi jangan pernah sembarangan dalam memilih produk yang akan Anda beli sebab jika sembarangan, kepercayaan konsumen pada Anda akan sirna. Jika ternyata hasil penjualan Anda memuaskan, maka permintaan dari konsumen tentu sangat banyak. Dengan begitu Anda bisa memperluas jaringan pemasaran Anda kekota-kota lain. Bukalah semakin luas jangkauan pasar Anda, semakin besar pula keuntungan yang dapat Anda peroleh.
Analisa Ekonomi

cara membuat baju


mengenal macam-macam aksen jahitan : Frill (1)

Tips menjahit | Monday October 24 2011 9:14 AM | Comments (2) Tags: , , , ,
Apa itu frill?
Kita mungkin sering mendengar atau membaca istilah yang namanya frill. Seperti halnya di RJH, beberapa baju order jahitan maupun produk readystok di toko online RJH, beberapa di antaranya menggunakan frill.
Frill dalam hal ini adalah salah satu aksen yg terdapat pada baju (-salah satunya-, karena frill tidak hanya terdapat pada baju), yang dibuat dari bahan yang dijahit kerut, dan dijahit di salah satu sisi, sedangkan di sisi lain dibiarkan lepas dengan ujung dineci atau dijahit kecil.
Aplikasi frill sering terdapat pada leher, ujung lengan, bagian bawah baju, juga pada bagian baju lainnya, misal dada, siku lengan, dll.
Pada awalnya, frill dibuat dengan membuat kerutan dengan cara membuat jahitan lurus (stik besar), lalu ditarik di salah satu ujungnya, maka akan menjadi kerutan. Tapi saat ini, untuk membuat kerutan (untuk frill) sudah ada sepatu mesin khusus untuk membuat kerutan, jadi lebih praktis.
Untuk melihat bentuk aksen frill lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar berikut, (hanya sebagian posisi saja, tidak semua posisi digambarkan di sini).
frill 3 150x150 mengenal macam macam aksen jahitan : Frill (1)
frill ujung krag
frill 2 150x150 mengenal macam macam aksen jahitan : Frill (1)
frill ujung lengan
 Untuk cara pembuatannya coba gooling dulu ajah ya :)

cara membuat kue

Puding Rempah Kismis
Bahan-bahan:
  • 125 gram gula pasir
  • 175 gram margarin
  • 6 putih telur, kocok kaku
  • 6 putih telur, kocok
  • 75 gram kacang almond, cincang kasar
  • 1 sdm tepung terigu
  • 20 gram gula palem
  • 150 gram tepung panir halus
  • 150 gram biskuit rasa lemon, hancurkan
  • 1 sdt jahe bubuk
  • 1 sdt kayu manis bubuk
  • ½ sdt cengkih bubuk
  • 1 sdm kismis
  • 1 buah jeruk lemon, parut kulitnya
Cara Membuat:
  • Kocok gula pasir dan margarin sampai rata. Tambahkan putih telur, kuning telur dan kacang almond. Aduk rata, sisihkan
  • Campur tepung panir, biskuit, dan jahe bubuk. Aduk rata.
  • Masukkan adonan tepung panir ke dalam adonan telur bersama tepung terigu, dan gula palem.
  • Tambahkan kayu manis, cengkih, kismis, dan kulit jeruk lemon, Aduk rata.
  • Siapkan pinggan tahan panas, olesi dengan margarin dan taburi dasar pinggan dengan sedikit gula bubuk.
  • Tuang adonan puding ke dalam pinggan, tutup dengan aluminium foil. Oven selama 1 jam dengan suhu 180°C sampai matang, angkat.
  • Lepaskan aluminium foil. Biarkan dingin, lalu keluarkan puding dari pinggan.

cara belajar akuntansi


Terjadinya proses belajar sebagai upaya untuk memperoleh hasil belajar sesungguhnya sulit untuk diamati karena berlangsung di dalam mental. Namun demikian, kita dapat mengidentifikasi dari kegiatan yang dilakukannya selama belajar. Faktor penyebab kesulitan belajar tidak selalu sama. Ada hal-hal yang menghambat kemajuan belajar, sehingga dapat menimbulkan kekecewaan, malas belajar, atau bahkan mungkin dapat mempengaruhi jiwanya.

Beberapa faktor kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam proses belajar mengajar, adalah apakah faktor peserta didik misalnya motivasi, faktor guru/pengajar, metode, bahasa, apakah materi bahan pelajaran akuntansi, apakah lingkungan sekolah misalnya sarana prasarana dan lain sebagainya.
Sehingga dapat dicari langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi kesulitan tersebut dengan harapan tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif. Seperti, pemberian motivasi belajar kepada siswa baik secara kelompok maupun individu, serta memberikan kegiatan yang berorientasikan pada usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Kata-kata kunci:
Belajar, Behavior, Konstruktivis, Akuntansi, Motivasi

cara belajar ekonomi

Cara Mudah Belajar Ekonomi (2)

Oleh: Hani Putranto
Kalau pada artikel pertama kita belajar ekonomi dengan membedah dan menganalisa unit-unit ekonomi dengan bantuan akuntansi maka dalam artikel kedua ini kita akan mempelajari bagaimana harga terbentuk dengan adanya interaksi kepentingan antar unit ekonomi. Dan khusus bagi unit ekonomi publik, bagaimana sikap yang harus diambil para pemangku kepentingan unit ekonomi ini terhadap perubahan harga.

Harga barang dan jasa terbentuk akibat dari adanya penawaran dan permintaan. Kurva penawaran dan permintaan sudah umum dikenal dalam teori ekonomi. Kurva itu bisa bersifat individual ataupun agregat yang merupakan penjumlahan penawaran dan permintaan individual. Tetapi baik yang individual maupun agregat tidak memasukkan unsur waktu sebagai variabel. Sebenarnya kalau mau memasukkan waktu bisa saja, hanya saja kurvanya menjadi tidak sederhana. Inilah mekanisme pasar yaitu adanya tarik menarik atau interaksi kepentingan antar unit ekonomi. Selain karena perubahan penwaran atau permintaan, harga bisa juga berubah karena perubahan atau pergeseran titik keseimbangan.

Naik turunnya harga sebenarnya tidak bisa menjadi indikator sehat tidaknya unit ekonomi publik. Harga yang stabil memang baik tetapi itu belum tentu fundamental makro ekonomi atau fundamental unit ekonomi publik juga baik. Sehat tidaknya unit ekonomi publik harus dibedah dengan bantuan akuntansi seperti dijelaskan dalam artikel pertama.

Namun demikian para pemangku kepentingan publik yang mengelola unit ekonomi publik sebisa mungkin menjaga agar tidak terjadi pergeseran titik keseimbangan sehingga harga relatif stabil, dan tidak berubah dalam jangka panjang. Menggunakan kurva penawaran-permintaan agregat saja tidak cukup untuk dipakai pedoman mempertahankan keseimbangan yang berjangka panjang mengingat kurva itu tidak memasukkan unsur waktu. Pertumbuhan populasi penduduk dan pertumbuhan PDB bisa menggeser titik keseimbangan kurva.

Untuk mempertahankan agar titik keseimbangan tidak bergeser seiring berjalannya waktu maka para pemangku dan pengelola unit ekonomi publik harus melakukan hal-hal berikut. Pertama, mempertahankan pertumbuhan populasi penduduk dan pertumbuhan PDB nol persen. Adanya dinamika teknologi memang akan menyulitkan upaya mempertahankan angka pertumbuhan PDB nol persen untuk jangka waktu lama, tetapi paling tidak angka pertumbuhan PDB harus ditekan mendekati nol persen. Memang menurut paradigma konvensional (neoklasik dan keynesian) pertumbuhan PDB nol persen berarti krisis sedang terjadi, akan tetapi menurut teori ekonomi makro biososioekonomi pertumbuhan PDB nol persen bukan suatu krisis kalau aset publik sama atau lebih besar dari liabilitas publik sebagaimana dijelaskan dalam artikel pertama.

Kedua, para pemangku kepentingan dan pengelola unit ekonomi publik perlu juga menjaga agar suplai energi stabil atau menggunakan sumber energi terbarukan atau menggunakan sumber energi tak terbarukan tetapi jangka waktu habisnya panjang seperti energi matahari. Terhambatnya atau kurangnya suplai energi akan menyebabkan kenaikan harga barang-barang lain yang menyengsarakan rakyat kebanyakan.

Ketiga, perlunya melakukan daur ulang kekayaan individu dan peningkatan derma seperti dijelaskan teori biososioekonomi. Mekanisme daur ulang (kadang saya sebut mekanisme herucakra) merupakan mekanisme non pasar yang akan mempertahankan dan menjaga keseimbangan yang berjangka panjang. Kekayaan daur ulang adalah kekayaan yang tidak diwariskan kepada keturunan pemilik kekayaan tetapi dihibahkan kepada publik untuk membayar laba, bunga, dan jaminan sosial (pendidikan, kesehatan, foodstamps/kebijakan ketahanan pangan).

Dengan daur ulang kekayaan, bank sentral tidak perlu lagi mencetak uang. Demikian juga pemerintah tidak perlu berhutang atau menerbitkan obligasi. Depresiasi permanen mata uang terjadi karena liabilitas publik lebih besar dari asetnya sebagai akibat tidak adanya daur ulang kekayaan pribadi. Mekanisme daur ulang kekayaan pribadi sesuai hukum alam yang universal. Bayangkan hal ini seperti kolam renang. Kalau setiap minggu kolam renang dikuras kemudian airnya dibuang dan untuk mengisinya kembali harus menyedot lagi air tanah, betapa borosnya. Mekanisme daur ulang merupakan mekanisme yang efisien untuk mengelola sumber daya publik yang memang langka.

Kekayaan daur ulang itu perlu dikelola dengan memperhatikan kaidah biososioekonomi (bioekonomi). Distribusi kekayaan daur ulang dalam waktu sekejap akan menyebabkan aset publik ini menjadi aset individu dalam sekejap pula, dimana menurut teori biososioekonomi semua milik individu adalah liabilitas. Distribusi sekejap ini akan membuat liabilitas publik tetap lebih besar dari asetnya. Kekayaan daur ulang sebaiknya habis terdistribusi sesuai decompostion time-nya (misal 40 tahun). Ingat definisi aset adalah yang menghasilkan waktu seperti dijelaskan dalam artikel pertama.

Sebagai gambaran, berikut ini saya kutipkan dari buku saya Herucakra Society Jalan Ketiga Ekonomi Dunia halaman 21-22. "Kalau seorang donatur mengakumulasikan kekayaannya dalam waktu 40 tahun, dari usia 25 tahun sampai 65 tahun, maka kekayaan daur ulangnya juga harus habis dalam waktu 40 tahun. Demikian juga aset-aset yang tidak berujud mata uang (lokal) juga harus terdekomposisi sedikit demi sedikit dalam waktu 0-35 tahun. Seseorang donatur yang memiliki aset atau kekayaan 17 unit properti bisa menjualnya satu unit per dua tahun sehingga propertinya habis terjual setelah tahun ke-35. Demikian juga valasnya. Jika donatur tersebut memiliki US $ 7.000.000,00 maka setiap tahun bisa dijual US $200.000,00. Penjualan berdasarkan kerangka waktu atau jadwal yang ditetapkan donatur dalam testamennya. Penjualan tidak masalah berapa pun harga pasar properti dan harga valas saat jatuh tempo"

Kalau pertumbuhan PDB nol persen, pertumbuhan populasi penduduk nol persen, dan kekayaan pribadi didaur ulang seperti harapan biososioekonomi maka seharusnya harga properti tidak perlu naik, karena tidak ada peningkatan permintaan kebutuhan riil. Kalau harganya naik, hal itu terjadi karena adanya spekulasi. Kalau bisosioekonomi diterapkan, properti tidak lagi dijadikan instrumen investasi atau spekulasi, sehingga semua orang terjamin tempat tinggalnya. Dalam paradigma biosioekonomi semua orang bisa bertambah kekayaannya tanpa harus melakukan spekulasi atau investasi beresiko.

Inti dari artikel ini adalah bahwa adanya tarik-menarik kepentingan antar unit ekonomi akan membentuk harga sesuai mekanisme pasar dan kurva penawaran-permintaan. Akan tetapi para pemangku dan pengelola unit ekonomi publik harus mempertahankan titik keseimbangan tidak bergeser untuk menjamin kesejahteraan publik dengan tidak berubahnya harga-harga barang dan jasa termasuk dalam hal ini mencegah depresiasi permanen mata uang atau mencegah inflasi.

cara belajar matematika

Permainan Matematika untuk Anak-anak
Cara Belajar Matematika Dengan Mudah, mahir dipelajaran matematika dengan cepat, dan belajar matematika untuk anak. Apakah anda sedang mencari cara / tips mengajar konsep matematika yang menyenangkan (fun) dan menarik untuk anak-anak? Untuk meningkatkan motivasi belajar anak-anak dengan cara yang menyenangkan, Anda dapat mempraktikkan permainan-permainan matematika berikut ini:
1. Perburuan / Pencarian Sesuatu dengan Buku (Book Scavenger Hunt)
Ini adalah permainan (game) yang mengajarkan perhitungan dan urutan nomor (pertama, kedua, ketiga, …). Hal pertama yang dilakukan adalah berikan sebuah buku untuk masing-masing anak. Akan lebih baik lagi dan akan menghemat waktu apabila semua anak menggunakan buku yang judul dan edisinya sama, namun ini tidak menjadi keharusan. Idenya adalah anak-anak membacakan jawaban berupa sebuah kalimat atau dua kalimat atas pertanyaan yang diajukan sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan. Yang pertama bisa membacakan jawaban adalah pemenangnya.
Contoh pertanyaan ”Temukan huruf ke-5 dari paragraf ke-3 pada halaman ke-11 setelah halaman 101?”. Anak-anak kemudian akan mencari kata ini dan menulisnya. Anda bisa juga bisa memberikan soal matematika, seperti ”Cari halaman yang dua puluh satu kurangnya dari delapan puluh empat dan temukan kata ke-7 dalam paragraf kedua dari akhir halaman?” Tingkatkan kerumitannya untuk anak-anak yang lebih tua dan permudah untuk anak-anak yang lebih muda.
2. Bentuk-bentuk Gambar
Permainan-permainan matematika untuk anak-anak, khususnya untuk anak yang lebih muda, bisa didapat dari gambar-gambar di buku atau buku mewarnai. Permainan ini menggunakan sebuah gambar yang mempunyai bentuk-bentuk yang jelas di dalamnya, misalnya balon untuk lingkaran, pintu untuk segi empat, dll, kemudian lihatlah siapa yang bisa menemukan bentuk tersembunyi yang paling banyak. Untuk anak yang lebih tua Anda dapat menambahkan bentuk-bentuk yang lainnya seperti segi delapan (octagons), silinder, dan kerucut.
3. Mencari Arah
Ini adalah permainan matematika besar untuk grup yang lebih besar. Ide pokoknya adalah untuk menunjukkan bahwa permainan matematika untuk anak-anak tidak harus hanya dilakukan dengan duduk manis di meja dengan pensil di tangan. Permainan ini dilakukan di luar ruangan (outdoor) dan menggunakan sebuah keset kaki (mat), di halaman luar dan masing-masing anak berpasang-pasangan. Salah satu anak dari setiap grup menggunakan penutup mata, sedangkan yang lainnya akan memberikan petunjuk arah untuk pasangannya.
Tujuannya adalah untuk anak-anak yang memakai penutup mata agar mengikuti petunjuk-petunjuk sehingga dia sampai ke tujuan akhir pada keset kaki yang disediakan. Triknya adalah anak yang memberi petunjuk hanya boleh memberi petunjuk-petunjuk angka dan hanya boleh menggunakan angka-angka seperti berapa langkah kaki, dan kata-kata maju, mundur, ke kanan, atau ke kiri. Anda dapat memberi rintangan-rintangan seperti bola pantai sehingga mereka harus melakukan manuver untuk sampai ke tujuan akhir keset kaki. Anak-anak yang memberi petunjuk harus tetap di tempatnya pada saat memberikan petunjuk. Pastikan permainan ini diawasi oleh orang dewasa yang dapat memastikan bahwa anak-anak tidak bertabrakan satu sama lainnya dan terjatuh.
4. Permainan Papan (Board Game)
Permainan papan memberikan banyak pilihan kreativitas dan cara-cara menarik untuk mengajari konsep-konsep matematika untuk anak-anak. Ada banyak permainan matematika dalam bentuk permainan papan, antara lain Yahtzee dan Rummikub. Ada banyak juga permainan papan untuk anak-anak yang bisa diubah menjadi sarana melatih kemampuan matematika. Salah satu contoh adalah bermain Scrabble dan berikan tiga kali lipat point untuk setiap istilah matematika yang diucapkan.
5. Mencari Pasangan Kartu Matematika
Caranya adalah Anda menulis sebuah soal matematika pada sebuah kartu indeks, menggunakan pertambahan, pengurangan, perkalian, atau pembagian. Kemudian Anda membuat soal matematika lainnya pada kartu indeks berikutnya, yang mana soal tersebut berbeda namun memiliki jawaban yang sama dengan soal sebelumnya. Setelah Anda membuat sekitar dua belas sampai dua puluh kartu, kemudian kartu-kartu ini diletakkan terbalik. Pada saat seorang anak membuka dua kartu dengan jawaban yang sama mereka kemudian menyimpannya. Anak yang paling banyak mendapatkan kartu-kartu tersebut pada akhir permainan adalah pemenangnya.
Dengan permainan-permainan tersebut di atas, belajar matematika jadi tidak membosankan tetapi justru menyenangkan dan menantang, dimana matematika

cara belajar sosiologi

Strategi Pembelajaran Sosiologi Tingkat SMA


Bahan ini cocok untuk Sekolah Menengah.
Nama & E-mail (Penulis): Xaviery
Saya Pengamat di Batam
Tanggal: 01 Juni 2004
Judul Artikel: Strategi Pembelajaran Sosiologi Tingkat SMA
Topik: Pembelajaran
Persepsi-persepsi kronis telah menjadi milik sejumlah siswa SMA. Ilmu-ilmu sosial itu membosankan karena sajiannya bertele-tele dan untuk menguasainya dibutuhkan kemampuan menghafal yang luar biasa. Stereotip yang kurang mengesankan ini terajut dari impresi sosiologi sebagai produksi masa lampau yang dalam penyajiannya tidak relevan dengan konteks sosial siswa. Kontekstualisme ini diperhebat dengan kejenuhan mental dalam mengejar tuntutan pemenuhan kurikulum yakni menghafal sejumlah bab materi yang tersajikan dalam aneka buku wajib mata pelajaran. Seolah-olah para pelajar telah teralienasi dari diri mereka dan telah menjadi robot kurikulum, sehingga mereka tidak mempunyai waktu lagi untuk bermain, refreshing dan melakukan interaksi sosial.

Tatkala guru menyajikan sejumlah teori sosial, mereka semakin bingung. Apa lagi, sajian-sajian itu tidak tepat sasaran dan tidak sesuai dengan situasi sosial lingkungan sekitarnya. Mereka harus berpikir dua kali untuk mengasosiasikan teori dengan kenyataan hidupnya dan selanjutnya mencerna teori sajian guru. Keterlambatan dalam menginternalisasi materi pun terjadi. Konsep siswa baru pada tahap asosiasi, tetapi waktu pelajarannya keburu selesai. Siswa enggan melanjutkan hal itu lagi karena sudah terjaring limit waktu dan harus beralih ke mata pelajaran yang lain.

Ketika persepsi negatif merasuki pikiran siswa, minat dan motivasi belajarnya merosot. Interaksi belajar dalam kelas cenderung monoton. Guru asyik berceramah, sedangkan para siswa mengangguk-angguk pertanda guru harus segera mengakhiri pembelajaran itu. Ada yang melakukan aktivitas yang lain, seperti mengganggu teman, mendesah dan merintih. Ketika diadakan evaluasi ringan, banyak yang menunjukkan ketidakmengertiannya, lalu mereduksi bahwa mata pelajaran sosial seperti sosiologi sulit dan menjenuhkan.

Hal lain yang memperhebat persepsi negatif siswa adalah kurangnya pengetahuan guru akan situasi-situasi sosial actual, yang tengah berlangsung dalam masyarakat. Guru kurang mampu menghubungkan relevansi pelajaran dengan kenyataan praktis dan keterkaitannya dengan ilmu-ilmu lain dalam mengeksplorasi bahan pembelajaran. Selain itu, situasi dan kondisi belajar yang tidak nyaman, bising, panas dan kurang variatif juga akan mengurangi gairah belajar siswa.

Adanya indikasi kegagalan siswa dalam mempelajari sosiologi mendesak penulis untuk melihat masalah-masalah itu dalam kaitannya dengan alternatif pemecahan yang boleh ditempuh dalam proses pembelajaran, sehingga ada harapan bagi guru bahkan siswa sendiri untuk bisa menghengkangkan persepsi dan gejala yang menghantui sebagian pelajar itu.

Sekurang-kurangnya ada tiga masalah pokok yang melatarbelakangi keengganan peserta didik untuk mempelajari Sosiologi. Pertama, masalah teknik pembelajaran yang tidak menumbuhkan motivasi siswa. Seharusnya, proses pembelajaran itu dapat memacu keingintahuan siswa untuk membedah masalah-masalah seputar lingkungan sosialnya sekaligus dapat membentuk opini pribadi terhadap masalah-masalah tersebut. Di sini, mereka bukan lagi dianggap sebagai ¡¥tabula rasa¡¦, kertas kosong atau pribadi yang menerima secara pasif sajian yang tidak tepat sasaran empunya guru; pribadi yang tidak mengetahui apa-apa, melainkan pribadi yang telah berinteraksi dengan lingkungan dan berhak untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

Kedua, eksistensi guru bukan sebagai fasilitator yang membelajarkan siswa, melainkan pribadi yang mengajar atau menggurui siswa. Kalau hal ini menjadi prioritas dalam pembelajaran maka kesan negatif yang bisa mematikan kreativitas siswa pun timbul, bahwa guru itu sumber ilmu tetapi siswa gudangnya ilmu. Siswa adalah ¡§bank¡¨ dan guru adalah nasabahnya. Guru menabung ilmu dalam bank empunya siswa, sedangkan siswa tidak memiliki ilmu itu. Bukankah kehadiran seorang guru ¡¥ibarat seorang bidan yang membantu mengeluarkan bayi dari perut seorang ibunya¡¦?. Peran aktif siswa dalam mengeksplorasi dan mengkonstruksi pengetahuannya sangat diutamakan. Guru cuma memfasilitasi siswa guna mengikuti pola-pola kognitif dan memperlihatkan konsep pengetahuannya itu dapat berlaku benar untuk setiap keadaan atau sudah baku menurut referensi ilmu dan kebenaran epistemologis tertentu. Jadi, masalahnya terletak pada proses pembelajaran yang masih menganggap siswa sebagai obyek yang tidak mengetahui sesuatu.

Siswa membentuk konsep atau skemata melalui proses asimilasi dan akomodasi; sedangkan guru menunjukkan kebenaran konsep atau skemata pengetahuan siswa itu dengan hukum, teori dan kebenaran yang berlaku umum. Jika yang diperoleh siswa adalah ketidaksesuaian, maka guru dapat menunjukkan kesalahan konsep itu dan memperlihatkan yang benar, atau membantu mencari alasan, bukti dan referensi ilmiah untuk mengkonstruksi pengetahuan baru. Yang diharapkan dari guru adalah menguasai ketrampilan professional dan unjuk kerjanya. Membuat skenario pembelajaran yang mengesankan dan memacu keingintahuan peserta didik. Melatih kemampuan berpikir dan berinteraksi siswa secara benar sehingga siswa terpesona lalu berkesimpulan ¡§Saya berpikir, maka saya ada, saya mengalaminya, maka saya bisa¡¨

Ketiga, penyampaian pesan pembelajaran dengan media yang kurang interaktif dan atraktif. Yang diharapkan dari siswa adalah merasa at home, menyenangi pelajaran, merasa membutuhkan ilmu itu serta dapat melaksanakan pesan pembelajaran.. Siswa dapat menterjemahkan isi pesan itu ke dalam ranah - ranah kognitif karena dari situlah sumber kompetensi baginya dan haluan evaluasi bagi guru. Siswa dapat memiliki keahlian afektif dan psikomotorik yang bisa diukur.

Menumbuhkan Motivasi

Jika keacuhan siswa karena kehilangan persepsi positif dalam mempelajari sosiologi maka urgensitas tindakan guru adalah mempunyai pemahaman yang tangguh tentang motivasi dan menemukan pola pembelajaran yang menumbuhkan motivasi siswa. Morgan (1986) dalam bukunya Introduction To Psychology, menjelaskan bahwa peserta didik yang malas itu disebabkan karena tidak adanya insentif yang menarik bagi dirinya dan ia pun tidak merasakan perasaan yang menyenangkan dari pembelajaran. Insentif dan perasaaan menyenangkan ini menjadi dorongan yang berarti bagi peserta didik. Seseorang berperilaku tertentu karena ingin mendapatkan sesuatu. Contoh insentif yang paling umum dan paling dikenal oleh peserta didik misalnya jika mereka naik kelas akan dibelikan mobil atau sepeda baru oleh orang tua. Hal ini bukan berarti guru harus seperti orang tua yang membelikan mobil, tetapi menyiapkan insentif berupa pujian (reinforcement) atau kesempatan melakukan pekerjaan lain yang memungkinkan mereka tidak terpinggirkan dari kawan-kawan lainnya.

Pujian guru menunjukkan penghargaan dan perhatian terhadap siswa. Siswa seringkali haus perhatian dan senang dipuji. Jadi dari pada memberikan perhatian ketika siswa tidak mau belajar dengan cara marah-marah dan hanya berkomentar yang merendahkan siswa, akan lebih efektif perhatian guru diarahkan pada suatu hal yang menumbuhkan rasa percaya diri dan kemauan untuk mencari informasi. Misalnya, si A pada saat ini belum bisa menjawabnya dengan baik, mungkin besok dia akan mempresentasikan informasi tersebut secara lebih lengkap.

Kerapkali insentif positif seperti di atas kurang manjur dan bahkan tidak memberi faedah perubahan bagi siswa. Kalau demikian halnya maka guru harus melihat kondisi yang memungkinkannya. Jika kondisi memaksa guru harus mempergunakan insentif negatif maka tipe insentif itu haruslah yang bermaksud untuk menghindar perolehan insentif yang tidak menyenangkan itu. Misalnya, si A tidak mengerjakan tugas bukan karena ia tidak bisa tetapi karena malas, maka insentif yang bisa diberikan adalah menyuruhnya untuk mengerjakan tugas tetapi dalam porsi yang lebih banyak untuk mengejar ketinggalannya. Pada kondisi ini diperlukan keahlian guru untuk melihat karakter siswa. Jika karakternya dipahami maka guru akan memberikan insentif yang lebih tepat.

Selain adanya insentif, motivasi juga bisa muncul bila ada pemenuhan kebutuhan yang signifikan dalam mempelajari sesuatu. Siswa akan dipacu jika ia menemukan manfaat yang berarti bagi dirinya yang kemudian bisa dilanjutkan dengan aktualisasi dirinya melalui pembelajaran itu, sebagaimana dikatakan oleh Abraham Maslow (1908-1970) dalam teori psikologinya, yakni semakin tinggi need achievement yang dimiliki seseorang semakin serius ia menggeluti sesuatu itu. Jadi, guru merupakan motivator yang memperlihatkan sejumlah manfaat dalam setiap sajian pembelajaran.

Hal lain yang bisa dilakukan untuk mengembangkan motivasi dan minat peserta didik adalah dengan mengajak mereka melihat pengalaman-pengalaman yang pernah dimilikinya dan dijadikan topik pembelajaran dengan memperhatikan konteks kurikulum dan emosional psikologis peserta didik. Banyak lembaga pra-sekolah sudah mulai menggunakan metode active learning atau learning by doing, atau learning through playing, salah satu tujuannya adalah agar peserta didik mengasosiasikan belajar sebagai kegiatan yang menyenangkan. Peserta didik diberi kebebasan untuk mengekspresikan dirinya melalui apresiasi pengalaman konkret. Tapi seringkali karena keterbatasan waktu dan banyaknya mata pelajaran yang harus disajikan untuk peserta didik, hal ini agak sulit dipraktekkan. Minimalnya, guru mensetting suasana belajar dengan menghindari omelan-omelan, karena dengan itu peserta didik akan mengasosiasikan suasana belajar sebagai hal yang menarik.

Membentuk Kemampuan Berpikir

Proses pembelajaran itu sangat berkaitan erat dengan pembentukan dan penggunaan kemampuan berpikir. Peserta didik akan lebih mudah mencerna konsep dan ilmu pengetahuan apabila di dalam dirinya sudah ada struktur dan strata intelektual, sehingga ketika ia berhadapan dengan bahan atau materi pembelajaran, ia mudah menempatkan, merangkai dan menyusun alur logis, menguraikan dan mengobjeksinya.

Struktur dan strata intelektual terbentuk ketika intelek manusia beradaptasi dengan hal-hal yang diserap oleh pancaindera. Menurut ahli psikologi, Jean Piaget (1896-1980), sebagaimana tubuh kita mempunyai struktur tertentu agar dapat berfungsi, pikiran kita juga mempunyai struktur yang disebut skema atau skemata. Skema adalah struktur mental atau kognitif yang dengannya seorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya.

Skema juga bisa disebut sebagai konsep, gambaran atau kategori dalam diri manusia yang terjadi ketika manusia menggunakan pancainderanya. Gambaran itu akan semakin berkembang dan lengkap sesuai dengan tingkat kedewasaan manusia. Misalnya, anak yang sedang berjalan dengan ayahnya melihat seekor lembu. Ayahnya bertanya, ¡§Nak, lihat binatang apa itu? Andaikan saja anak itu belum pernah melihat lembu tetapi sudah pernah melihat kambing, maka yang sudah ada dalam pikirannya adalah skema tentang kambing. Dia menjawab,¡¨itu kambing.¡¨ Anak itu melihat ada sesuatu yang sama antara lembu dengan konsep kambing yang ia punyai. Misalnya, berkaki empat, bermata dua, berjalan merangkak dan bertelinga dua. Anak itu belum melihat perbedaannya dengan kambing. Apabila si anak mampu melihat perbedaan-perbedaannya, ia akan mengembangkan skemanya tentang lembu, tidak sebagai kambing lagi .

Apabila manusia mengintegrasikan gambaran baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya, maka ia melakukan proses asimilasi. Proses ini terjadi bila ada kesamaan dengan konsep yang sudah ada atau melengkapi konsep itu. Dikala manusia tidak menemukan kecocokan dengan konsep yang sudah ada maka manusia melakukan akomodasi. Dalam proses ini manusia membentuk skema baru. Seorang pelajar mempunyai skema dalam pikirannya bahwa air mendidih pada suhu 100"aC. Tetapi ketika ia memanaskan beberapa air ternyata ada yang mendidih pada suhu 90"aC, 110"aC dan 80"aC. Ia menemukan bahwa air itu tidak murni atau tercampur dengan zat lain, karena air mendidih pada suhu yang berbeda. Akhirnya, pelajar itu mengembangkan skemanya yang baru tentang air, bahwasannya hanya air yang murni bisa mendidih pada suhu 100"aC.

Benyamin S. Bloom (1956) melengkapi pendapat Jean Piaget dengan membuat stratifikasi intelektual yaitu menerapkan gaya pembelajaran dengan memperhatikan aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Memang diakui bahwa identifikasi strata intlektual ini jarang dimengerti dan diterapkan guru. Barangkali karena ketidaktahuan menggunakan prinsip-prinsip logika. Ukuran kemengertian siswa sebatas mempunyai jawaban persis sama dengan apa yang ada dalam buku, bukannya peta konsep (concept map) yang sama seperti kepunyaan guru. Belajar yang sesungguhnya adalah proses mentransfer konsep, seperti mempunyai kemampuan mengetahui apa yang dipelajari, membahasakannya dengan bahasa sendiri, menerapkannya dalam konteks yang praktis, mempunyai keahlian untuk membandingkan dan menganalisa serta bisa memberikan kesimpulan logis secara deduktif dan induktif dan seterusnya bisa menguraikan secara dialektis kesimpulan yang sudah disusunnya itu.

Kehadiran guru tidak lain membantu peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan strata intelektual itu dan memperlihatkan kesesuaiannya dengan kriteria kebenaran pengetahuan, yakni kebenaran yang selalu benar untuk setiap keadaan dengan konsep atau cara belajar yang sama, atau menurut referensi ahli dan acuan epistemologis yang membidanginya.

Belajar dengan Multimedia

Pembelajaran adalah proses rangsangan dan gerak balas peserta didik. Dalam rangsangan itu terkandung pesan intelektual, emotif dan afektif. Pesan akan lebih muda ditangkap oleh peserta didik apabila tersajikan melalui media empirik yang beranekaragam, seperti film, slide, foto, grafik serta diagram. Dari media inilah peserta didik terpacu untuk mengeluarkan ide, konsep atau membantu mereka mencerna sesuatu yang abstrak.

Dengan fasilitas empirik itu sesuatu yang abstrak atau bersifat historis direduksi pada suatu kenyataan yang bisa diinderai. Dengan demikian, persepsi temporal dan kebutuhan untuk mempelajarinya bisa muncul. Apabila siswa dilengkapi dengan insentif yang memadai maka kemampuannya untuk berasosiasi dan beradaptasi pun dapat diperoleh dengan segera.

Berkaitan dengan aktualisasi fasilitas empirik ini, tidak ada salahnya bagi guru untuk menjadikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat sebagai topik aktual dalam pembelajaran. Hal ini penting dilakukan agar peserta didik berimpresi positif bahwa sebenarnya pengetahuan itu bisa diperoleh lewat lingkungan sekitarnya, dan bahkan pengetahuan itu terjadi dan sudah ada dalam dirinya. Yang harus mereka lakukan sekarang adalah memposisikannya secara konseptual dan tercerna dalam strata yang diajukan oleh Bloom. Agar hal ini bisa terjadi maka guru perlu mempersiapkan skenario pembelajaran yang tepat dan sesuai.

Di bawah ini diberikan salah satu contoh pembelajaran yang menggunakan strata intelektual dan multimedia. Sebelum guru tampil di depan siswanya, guru sudah memikirkan atau memiliki konsep tertentu tentang topik yang ingin dibahas. Konsep itu tidak lain berupa sasaran kompetensi dan suasana yang ingin dibangun dalam pembelajaran. Dalam bahasa khas standarisasi nasional disebut dengan istilah RP (Rencana Pengajaran) berupa penetapan tujuan pembelejaran umum dan tujuan pembelajaran khusus dari suatu topik bahasan. Misalnya, suatu topik mengenai Dampak-Dampak Negatif dari Urbanisasi. Tujuan Pembelajaran Umumnya adalah siswa dapat memahami dampak-dampak negatif dari urbanisasi dan mengekplorasi pengalaman inderawinya serta mempunyai perspektif tertentu terhadap dampak-dampak tersebut. Kompetensi yang harus dimiliki siswa setelah pelajaran itu usai ialah menyebutkan dampak-dampak negatif dari urbanisasi, menghubungkan dampak yang satu dengan dampak yang lain, menjelaskan kebijaksanaan yang ditempuh pemerintah, siswa dapat mengobjeksi kebijaksanaan tersebut, memberikan alternatif pemecahan dan siswa dapat mempunyai konsep sendiri tentang usaha-usaha mengerem laju urbanisasi.

Guru dapat menggunakan pendekatan rasional atau fungsional untuk topik ini karena selain guru menyampaikan konsep atau teori yang harus dicerna oleh peserta didik, guru juga menginginkan perilaku tertentu yang harus dimiliki oleh siswa, seperti aktivitas membaca koran/majalah atau mengangkat situasi-situasi hidupnya. Dalam pembelajaran, guru boleh menggunakan tiga metode sekaligus yaitu metode ceramah, diskusi dan tugas. Tentu saja guru harus terlebih dahulu mencari referensi buku, media masssa dan pengalaman-pengalaman aktual pada lingkungan sekitarnya.

Pada sesi pembahasan guru dapat menyajikan informasi mengenai urbanisasi, seperti pengertiannya, sebab-sebab terjadinya urbanisasi, contoh-contoh mengenai dampak positif dan negatifnya. Uraian itu disajikan terstruktur, singkat dan jelas.

Untuk membangkitkan perhatian dan menarik minat peserta didik maka sebelum memulai topik itu, terlebih dahulu disajikan gambar, foto, film atau slide OHP yang berhubungan dengan dampak-dampak negatif urbanisasi. Guna merangsang ingatan dan pengetahuan siswa, mereka diberi kesempatan untuk berkomentar atau menyampaikan tanggapannya masing-masing terhadap apa yang disajikan itu. Guru juga boleh menanyakan apakah mereka mempunyai cerita atau pengalaman yang mirip sama. Bagaimana mereka memberikan tanggapannya masing-masing terhadap cerita atau pengalaman itu. Guru kemudian menghubungkan realitas atau kesan inderawi itu dengan topik bahasan yang ingin dipelajari. Setiap jawaban yang diberikan selalu ditanggapi dengan reiforcement yang tepat.

Guru menjelaskan pengertian urbanisasi dan faktor-faktor yang menyebabkan urbanisasi serta memperlihatkan contoh-contoh positif dan negatif dari urbanisasi serta menyebutkan salah satu kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah, misalnya demi penertiban dan keindahan kota maka diadakan penggusuran rumah liar.

Demi melibatkan peran aktif peserta didik, maka mereka dibagi dalam kelompok-kelompok dan mendiskusikan dampak-dampak negatif itu, membandingkan dampak yang satu dengan yang lain. Mereka menjelaskan strategi yang pernah mereka atau pemerintah lakukan. Melihat keunggulan dan kelemahannya dan mengemukakan alternatif pemecahan baru. Guru bisa melakukan gerak mendekati, mengunjungi kelompok-kelompok itu dan menanyakan kesulitan apa yang dialami siswa dalam tugas itu.

Hasil diskusi kelompok dilaporkan dan masing-masing kelompok memberikan kritik dan tanggapan atas hasil diskusi itu. Kemudian, sebagai moderator guru memberikan masukan seimbang terhadap yang masih kurang. Salah seorang siswa diminta menyimpulkan hasil diskusi. Sebagai bahan tugas dan sekaligus mengevaluasi konsep yang dimiliki siswa, guru menyampaikan salah satu dampak positif dan negatif dari urbanisasi dan meminta siswa membeberkan solusi yang sudah pernah diambil pemerintah, menemukan kelemahan dan kelebihannya, mencari solusi alternatif serta memikirkan langkah-langkah apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi laju urbanisasi.